PENDAHULUAN
Sebagai pusat informasi, pengguna perpustakaan terdiri dari generasi yang berbeda-beda, yaitu generasi tradisional, generasi baby boomers, generasi X, generasi Y, generasi Z, generasi alfa, dan generasi-generasi berikutnya sesuai dengan istilah yang disematkan kepada mereka. Menurut Absher dan Amidjaya (2008), generasi Y yang juga disebut sebagai generasi milenial adalah generasi yang lahir antara kisaran tahun 1982 hingga tahun 2002. Berbeda dengan karakteristik generasi lainnya, generasi milenial berusia antara 16 sampai dengan 36 tahun, sangat adoptif, dan memiliki ketergantungan dengan penggunaan media teknologi informasi dan komunikasi seperti telepon seluler, internet, e-mail, SMS, YouTube, WhatsApp, instagram, dan lain sebagainya.
Selain memiliki kebebasan untuk memilih sesuatu yang diinginkan dan kebebasan dalam berekspresi, generasi milenial juga senang melakukan berbagai macam perubahan. Tak pelak generasi milenial dikatakan sebagai inovator yang mengandalkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk melakukan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan karakteristik yang dimiliki oleh generasi milenial, dapat menjadikan mereka sebagai indikator pendorong perubahan yang ada di perpustakaan.
PEMBAHASAN
Generasi milenial memiliki ciri menjadikan teknologi sebagai gaya hidup. Dengan gadget yang dimiliki, mereka merasa nyaman dalam berkomunikasi antara satu sama lain, juga berkolaborasi dalam mengembangkan jaringan. Ketergantungan dalam menggunakan teknologi menjadi sesuatu yang berlebihan bagi generasi ini.
Pada situasi banjir informasi seperti sekarang, kebutuhan generasi milenial akan informasi semakin meningkat. Hal ini didukung dengan beranekaragamnya pola perolehan informasi dan ditunjang oleh tersedianya berbagai perangkat mutakhir berkecepatan tinggi yang dapat menjangkau wilayah yang luas tanpa batas. Semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat, berdampak pula terhadap eksistensi perpustakaan.
Menyikapi kondisi tersebut, untuk mewujudkan generasi milenial menjadi generasi yang literat, perpustakaan harus melakukan berbagai macam perubahan dalam berbagai hal. Perubahan tersebut mencakup kebijakan, sarana prasarana, fasilitas, pola layanan, sistem pengelolaan perpustakaan, sumber daya pustakawan, dan lain sebagainya. Keberadaan pustakawan sebagai mediator dan fasilitator informasi sangat dibutuhkan untuk menyikapi semakin cepatnya pergeseran kebiasaan masyarakat dalam mencari dan menerima informasi serta perkembangan teknologi yang tidak terbendung sehingga memaksa perubahan pola masyarakat, khususnya generasi milenial, dalam hal pemenuhan kebutuhan informasi di perpustakaan.
Kemudahan dalam mengakses informasi yang serba instan dan ketersediaan fasilitas yang ditawarkan merepresentasikan sistem layanan informasi yang dimiliki oleh perpustakaan. Perpustakaan dapat menyediakan perangkat komputer dengan gratis beserta printer yang memiliki kemampuan mencetak dan menyalin dengan biaya murah. Perpustakaan juga diharuskan menyediakan area bebas wifi, mampu membangun jaringan dengan perpustakaan lainnya, menyediakan layanan perpustakaan digital, serta memperbanyak langganan e-books dan e-journal guna memberikan kemudahan bagi generasi milenial dalam berselancar mencari informasi yang mereka butuhkan.
Dalam penyediaan bahan bacaan, pustakawan diharuskan melakukan riset dan analisis mengenai konten bahan bacaan yang dibutuhkan oleh generasi milenial. Pustakawan juga dituntut agar bisa melakukan kajian mengenai bagaimana penyajian konten bahan bacaan tersebut dapat menarik minat mereka. Penyediaan bahan bacaan harus menjangkau semua klas, mulai dari fiksi maupun non fiksi, dari penulis lokal maupun dari karya terjemahan.
Sebagai tempat inspirasi, pustakawan dapat membuat pojok-pojok khusus di perpustakaan. Dengan penataan perabot dan ruangan yang mengandung unsur seni akan menjadikan generasi milenial merasa nyaman dan betah berada didalamnya. Mereka dapat membaca buku dengan santai atau setidaknya dengan ketenangan yang mereka peroleh memungkinkan mereka untuk mengerjakan pekerjaan menjadi lebih efisien.
PENUTUP
Pada era generasi milenial, perpustakaan dituntut untuk lebih berperan aktif dalam memberikan layanan informasi yang dibutuhkan. Dalam memberikan layanan kepada pengguna, perpustakaan harus mengacu pada efisiensi dan efektifitas waktu, sehingga mereka merasa terpuaskan dengan layanan yang ada.
Berkembangnya teknologi seharusnya dapat dimanfaatkan oleh perpustakaan dalam meningkatkan kualitas layanannya. Era generasi milenial merupakan era dimana segala didukung oleh penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga mau tidak mau, suka tidak suka perpustakaan harus bertransformasi guna mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tersebut. Dalam hal ini peran pustakawan sangat dibutuhkan, dalam transisi perpustakaan manual ke perpustakaan otomasi yang kemudian menuju perpustakaan digital.
Berdasarkan pembahasan diatas, berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang berdampak pada generasi milenial harus dapat dimanfaatkan secara optimal oleh perpustakaan. Perpustakaan harus dapat menjadi media penyeimbang dari banjirnya informasi yang ada di internet dan membuat generasi milenial menjadi literat melalui pemanfaatan fasilitas yang ada di perpustakaan dalam mencari informasi yang mereka butuhkan. Dengan menjadi literat, generasi milenial tidak hanya memiliki kemampuan membaca, tetapi juga memiliki kemampuan menganalisis bahan bacaan dan memahami konsep dibalik bahan bacaan tersebut. Dengan menjadi literat, generasi milenial juga memiliki kemampuan untuk berpikir lebih kritis dan menjadikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai upaya dalam peningkatan kualitas hidupnya.
- 95 reads