Primary tabs

Kata Media

Selaku pembaca, kita sering menemukan kata-kata baru yang unik. Bahkan biasanya kata yang muncul sudah sering kita lihat tetapi makna aslinya belum tentu kita pahami. Seperti kata pembalap. Sedari kecil Penulis selalu mendengar kata itu, tetapi akhir-akhir ini Penulis juga menemukan kata pebalap. Tentu hal ini mengusik rasa penasaran Penulis selaku pembaca. Karena kata yang selama ini dirasa adalah kata pembalap dibanding pebalap.

Penulis juga pernah membaca kata petembak yang belum begitu familiar, karena selama ini kata yang sering didengar, dibaca dan diucap adalah kata penembak. Sedang kata petembak baru-baru ini Penulis temukan pada saat membaca informasi yang ada di salah satu media di Indonesia.  Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan bagi Penulis.

Apa dipaparkan di atas adalah hal unik, karena adanya 2 (dua) kata yang sama-sama sering digunakan (pembalap dan penembak) juga ada 2 (dua) kata yang baru saja ditemui (pebalap dan petembak). Menyikapi fenomena ini, awam seperti Penulis pasti akan segera melakukan penelusuran informasi dengan menyasar Kamus Besar Bahasa Indonesia yang tentunya sebagai kiblat perbendaharaan kata Indonesia. Disana kita dapat menemukan kata pembalap yang artinya adalah orang yang turut dalam lomba adu cepat. Sedang kata pebalap tidak ditemukan. Begitu pula dengan kata penembak yang memiliki 2 (dua) arti yaitu pertama orang yang menembak, kedua alat untuk menembak. Sedangkan petembak berarti atlet menembak.

Bila melihat pola yang ada pada kata tersebut, kemungkinan besar untuk membedakan pembalap biasa dengan pembalap profesional maka kata yang dipilih menggunakan pebalap, sebagaimana kata yang dibentuk pada kata petembak. Tetapi apakah hal ini bisa dilakukan? Tidak bisakah menambah entri kata baru pada Kamus Besar Bahasa Indonesia agar dapat menambah kata baru dan arti baru dari kata pebalap? Tentu sebagai awam seperti Penulis rujukan kata adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia. Karena kata yang terdapat pada kamus adalah kata yang benar dan berlaku pada tatanan Bahasa Indonesia.

Memang tidak semua media menggunakan kata pebalap ini, tetapi yang harus kita ingat  media adalah perpanjangan tangan dari produsen informasi. Apa yang disampaikan media dianggap kebenaran mutlak dan mampu menggiring opini pembaca. Media sebagai pembawa kebenaran. Apa saja hal yang disampaikan media pasti dibenarkan oleh pembaca. Walau terkadang bisa saja terdapat kesalahan, yang disampaikan media. Seperti contoh kecil hal yang disampaikan di atas.

Untuk itu ada baiknya media bekerja sama dengan otoritas yang memiliki wewenang menambah entri kata ke Kamus Besar Bahasa Indonesia agar dapat bersama-sama menambah kata tersebut ke entri kata Kamus Besar Bahasa Indonesia. Karena nanti akan ada perbedaan pandangan tentang hal ini. Takutnya akan ada kesalahan-kesalahan yang terjadi. Ini baru pada satu kata yang disampaikan media dan di konsumsi oleh masyarakat. Bagaimana kalau hal yang disampaikan adalah sebuah informasi besar yang ternyata dalam menyampaikan informasi tersebut terdapat kesalahan informasi.

Apalagi sebagai media yang tentunya sangat dipercaya awam seperti Penulis, hal-hal yang disampaikan oleh media adalah 100% benar. Maka ada baiknya media dapat berhati-hati dalam menyampaikannya. Cari kebenaran informasi tersebut jangan sampai masyarakat sebagai konsumen informasi mendapatkan informasi yang keliru. Karena media saat ini memiliki pengaruh yang sangat besar.

Mengutip pernyataan dari Paul Joseph Goebbels sebagai Menteri Propagandanya Nazi yang diangkat oleh Adolf Hitler pada tahun 1942 “Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya" dan “kebohongan yang paling besar ialah kebenaran yang diubah sedikit saja”.  Sangat mengerikan apa yang disampaikannya. Bayangkan bila hal ini dilakukan oleh pihak media yang hampir setiap hari masyarakat bersinggungan langsung dengannya. Apapun bentuk media itu baik cetak maupun elektronik kesemuanya merupakan produsen informasi.

Untuk itu, perlulah media berhati-hati dalam menyampaikan sebuah informasi. Ini baru sebuah kata yang bisa menyebabkan sebuah kontroversi, bagaimana jadinya bila sebuah informasi yang keliru disampaikan kepada masyarakat? Begitu pula sebagai masyarakat awam, jangan menganggap media adalah pembawa kebenaran mutlak. Jangan dulu menyebarkan sebuah informasi pada sebuah media yang belum tentu benar. Cek lagi sumber informasi lain sebagai bahan pembanding agar kita, masyarakat mampu menyikapi berbagai informasi dengan baik tentunya.

 

Penulis: 
Achmad, Pustakawan Sekreatiat Dewan Provinsi Kep. Bangka Bel
Sumber: 
DKPUS BABEL

Artikel

29/12/2023 | DKPUS Prov. Kep. Babel
21/12/2023 | DKPUS Prov. Kep. Babel
13/12/2023 | DKPUS Prov. Kep. Babel
26/10/2023 | DKPUS Prov. Kep. Babel
05/04/2019 | Runi Alcitra amalia
42,032 kali dilihat
05/12/2022 | Riyad, Pustakawan DKPUS Prov. Kep. Babel
21,028 kali dilihat
03/10/2019 | Runi Alcitra Amalia
15,751 kali dilihat
21/08/2019 | Fatmawati
11,341 kali dilihat

ArtikelPer Kategori