Berbicara perpustakaan, maka dibenak kita adalah buku dan sumber informasi lainnya. Perpustakaan sebagai salah satu organisasi dengan tujuan utamanya adalah memenuhi kebutuhan pemustaka mendapatkan layanan informasi yang terbaik.
Pasca pandemik covid dapat dilihat betapa perpustakaan mampu beradaptasi dengan kondisi yang ada, dengan segala keterbatasan dan sumberdaya yang dimiliki perpustakaan tetap harus berorientasi pada pelayanan. Kemampuan pustakawan beradaptasi dengan kondisi yang ada, menjadi hal yang sangat menarik dalam memberikan inovasi baru.
Wójcik, 2019 mendefinisikan inovasi di perpustakaan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pustakawan untuk meningkatkan kualitas layanan dengan menyediakan jenis layanan baru secara kualitatif yang sebelumnya tidak diketahui atau tidak dapat diterapkan, dengan menyediakan layanan yang dikenal dengan cara baru.
Inovasi terjadi akibat peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti Covid 19. Ketika covid melanda di tahun 2020, seluruh dunia bahkan Indonesia menjadi kehilangan arah, banyak organisasi termasuk perpustakaan belum siap dengan kondisi yang ada. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu perpustakaan secara kreatif dan inovatif mengubah layanan bagi pemustakanya dan komunitasnya.
Teknologi dan media sosial yang ada, dimanfaatkan menjadi media komunikasi antara perpustakaan dan pemustaka. Informasi terkait promosi layanan dan program-program yang banyak dilakukan perpustakaan diinformasikan ke media sosial sebagai media informasinya.
Layanan media sosial sangat dibutuhkan perpustakaan, karena di masa pandemik dan pasca pandemik. Layanan media sosial ini sangat berguna dan bersifat instant dalam mengumumkan keadaan layanan perpustakaan. Oleh karena itu, keberadaan media sosial dianggap sangat penting dan menjadi sangat efektif dalam merespon kebutuhan pemustakanya.
Adapun layanan media sosial yang berkembang antara lain facebook, twitter, tiktok dan instagram. Facebook digunakan perpustakaan untuk membangun suatu komunitas pengguna dan menyediakan tautan ke sumber daya perpustakaan, sementara Twitter digunakan untuk berkomunikasi dengan individu dan untuk pembaruan tepat waktu pada sumber daya baru perpustakaan.
Sedangkan Tik Tok dan Instagram digunakan untuk mengirimkan video dan infografis, sehingga dapat dilihat oleh pemustakanya.
Media sosial memiliki beberapa karakteristik yang dapat dioptimalkan oleh perpustakaan untuk berinteraksi dengan pengguna dan menyebarkan informasi.
Karakteristik media sosial yang relevan dengan perpustakaan:
- Interaktif: Melalui media sosial, pengguna dapat berinteraksi secara interaktif dengan pengguna lain yang ada di seluruh dunia untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Interaksi antara pemustaka dan perpustakaan melalui media sosial dapat memperkuat hubungan dan membangun citra baik tentang perpustakaan.
- Real-time: Media sosial memungkinkan perpustakaan untuk menjangkau dan melakukan komunikasi dengan penggunanya secara real-time tanpa lagi terbatas oleh batasan ruang dan waktu. Hal ini memungkinkan perpustakaan untuk memberikan informasi yang terkini dan menjawab pertanyaan pengguna dengan cepat.
- Mudah diakses: Mayoritas pemustaka sangat aktif di media sosial, sehingga perpustakaan juga harus menggunakan media sosial untuk bisa berinteraksi secara aktif dengan pemustaka. Pengguna media sosial dapat dengan mudah mengakses informasi yang disebarkan oleh perpustakaan melalui platform media sosial yang digunakan.
- Dapat menjangkau khalayak yang luas: Media sosial memungkinkan perpustakaan untuk menjangkau khalayak yang lebih luas, termasuk pemustaka yang tidak secara aktif mengunjungi perpustakaan secara fisik. Dengan menggunakan media sosial, perpustakaan dapat mempromosikan koleksi dan layanan yang ditawarkan kepada pemustaka potensial.
- Mendukung distribusi konten: Melalui media sosial, perpustakaan dapat mendistribusikan konten yang dibuat oleh perpustakaan, seperti artikel, video, atau infografis, sesuai dengan platform media sosial yang digunakan. Hal ini memungkinkan perpustakaan untuk menyebarkan informasi dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh pengguna media sosial.
- Meningkatkan kompetensi pustakawan: Penggunaan media sosial oleh perpustakaan juga dapat meningkatkan kompetensi pustakawan dalam hal literasi media baru dan teknologi informasi. Pustakawan perlu memahami karakteristik media sosial dan cara mengoptimalkan penggunaannya untuk mendukung tugas-tugas perpustakaan.
Dalam penggunaan media sosial sebagai bentuk inovasi pelayanan, perpustakaan perlu memperhatikan karakteristik dari media sosial tersebut. Dengan karakteristik yang berbeda, perpustakaan harus mengetahui bentuk platform media sosial apa yang sesuai untuk digunakan dan cara pengoptimalisasinya.
Dengan media sosial fungsi serta peranan perpustakaan di era digital saat ini sudah semakin meluas dan tidak terpaku pada pelayanan yang bersifat konvensional. Media sosial tidak menjadi ancaman bagi perpustakaan melainkan media sosial menjadi warna tersendiri dalam menyikapi informasi yang ada pada perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
. T. (2020). Pemanfaatan Media Sosial (Twitter) Sebagai Sarana Informasi Bagi Mahasiswa Di Perpustakaan Universitas Airlangga Surabaya. Jpua: Jurnal Perpustakaan Universitas Airlangga: Media Informasi Dan Komunikasi Kepustakawanan, 8(2), 55. Https://Doi.Org/10.20473/Jpua.V8i2.2018.55-59
Ardiansyah, A. (2023). Optimalisasi Media Sosial Tiktok Sebagai Media Promosi Upt Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Madura. Tibanndaru : Jurnal Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, 7(1), 15. Https://Doi.Org/10.30742/Tb.V7i1.2575
Ariqo, W., & Winoto, Y. (2021). Transformasi Layanan Perpustakaan Berbasis Media Sosial Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Kelompok Milenials. Info Bibliotheca: Jurnal Perpustakaan Dan Ilmu Informasi, 3(1), 11–27. Https://Doi.Org/10.24036/Ib.V3i1.277
Fatmawati, E. (2017). Dampak Media Sosial Terhadap Perpustakaan. Libraria: Jurnal Perpustakaan, 5(1), 1. Https://Doi.Org/10.21043/Libraria.V5i1.2250
Melamanda, Y., & Primadesi, Y. (2023). Promosi Perpustakaan Melalui Media Sosial Instagram Di Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Lima Puluh Kota. Info Bibliotheca: Jurnal Perpustakaan Dan Ilmu Informasi, 4(1), 57–70. Https://Doi.Org/10.24036/Ib.V4i1.311
Purwanti, A. E. (2010). Pemanfaatan Facebook Sebagai Sarana Promosi Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Forum Indonesia Membaca.
Utomo, T. P. (2022). Optimalisasi Media Sosial Untuk Pemasaran Perpustakaan Perguruan Tinggi. 5, 99–133.
Wójcik, M. (2019). How To Design Innovative Information Services At The Library? Library Hi Tech, 37(2), 138–154. Https://Doi.Org/10.1108/LHT-07-2018-0094
- 153 reads